Mempelajari Ucapan,Pikiran Dan Tindakan Orang Betawi Asli

Menurut Pram dalam "Arus Balik", atau sebuah buku sejarah UI, orang Betawi "asli" adalah orang Melayu yang hijrah kesana dari Malaka setelah bandar ini dikuasi oleh Portugis.
Di Ciputat doeloe konon banyak sisa laskar Mataram yang menetap dan bertani disana, mempunyai logal yang berbeda.

Salam,

Bismo DG

----- Original Message -----
From: anton_djakarta
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 27, 2007 8:07 PM
Subject: [nasional-list] Betawi
Oleh : ANTON

Ada suku yang sangat unik, metropolis, mengenal budaya kota jauh lebih dulu ketimbang New York yang urban, suku itu adalah suku Betawi, bagi kita yang tinggal di Jakarta suku betawi sesungguhnya tidak asing bahkan menjadi bagian budaya dari orang-orang yang lahir dan besar di Jakarta. Betawi bagi sementara orang merupakan hal yang identik dengan Jakarta. Namun sejak pembangunan besar- besaran kota Jakarta yang dimulai sejak terselenggaranya Asian Games 1962 dan Ganefo, juga runtuhnya pemerintahan Sukarno yang menaikkan Suharto di tahun 1967 berakibat banyak sekali terhadap suku asli Betawi. Faktor lokasi-lah yang menyebabkan suku betawi menjadi semakin berjarak dengan Jakarta. Asal muasal nama Betawi bukanlah nama yang sesungguhnya di berikan kepada suku ini, nama Betawi merupakan turunan kata/ penyesuaian lidah dari Batavia. Nama Batavia-pun ada di Negara Bagian New York. Bahkan kota Batavia pernah menjadi role model bagi Belanda untuk membangun New Amsterdam sebuah kota di pinggir sungai Hudson, setelah ditaklukkan Inggris kota itu berubah nama menjadi New York. Portugis yang mengincar pelabuhan-pelabuhan dagang Banten di tahun 1520-an, bekerja sama dengan kekuasaan Pajajaran-Hindu untuk membendung gerakan politik Banten-Islam. Namun pada tahun 1590, Banten mengirim seorang panglima perang bernama fatahillah yang baru saja datang dari Malaka, Fatahillah bersama para jawara dari Banten dan dibantu dengan pasukan dari Cirebon berhasil mengusir Portugis dan membangun benteng pertahanan di sekitar pantai Sunda Kelapa, sejak saat itu oleh Fatahilllah pantai Sunda Kelapa dijadikan pelabuhan dagang, namun keramaiannya tetap kalah dengan pelabuhan Banten. Ketika pelabuhan sunda kelapa sudah ramai, datanglah armada dagang Belanda dan membangun loji-loji dagang di sekitar Sunda Kelapa, pada awalnya kedatangan Belanda ini disukai oleh Pangeran Jayawikarta penguasa Sunda Kelapa dan menamakan wilayah kekuasaannya sebagai Jayakarta, tetapi atas desakan dari Banten yang pada waktu itu sudah tidak menyukai kehadiran Belanda akibat politik campur tangan di Kesultanan Banten, Pangeran Jayawikarta di paksa untuk melawan Belanda. Pada saat itu pemimpin dagang dan bersenjata Belanda bernama Jan Pieter Zoen Coen yang oleh orang-orang Betawi di kenal sebagai Murjangkung, nah JP Zoen Coen melakukan tindakan penyerangan ke arah benteng-benteng di tepi pelabuhan Sunda Kelapa, pada awalnya Pangeran Jayawikarta mampu bertahan dan berharap ada bantuan dari Banten dan Cirebon, namun Belanda dengan cerdik melakukan pengepungan dengan memblokir jalan-jalan yang kemungkinan di lalui pasukan bala bantuan. Pada tahun 1614 Pangeran Jayawikarta memutuskan untuk meloloskan diri dari pengepungan yang berbulan- bulan lamanya. Ia bersama lima ratus orang pasukannya menyingkir ke daerah rawa-rawa yang kini dikenal sebagai Sunter, Pangeran-pun mendirikan pusat-pusat perlawanan gerilya. Pada awal tahun 1618, pasukan Banten berhasil menyusup ke Jayakarta dari arah Bogor, dan mereka membangun markasnya di sekitar hutan Jati yang sangat lebat (kini bernama Jatinegara). Pangeran Jayawikarta-pun bergabung dengan pasukan Banten dan menyusun serangan, namun JP Zoen Coen memutuskan untuk menggempur habis-habisan pasukan Banten-Jayakarta, sebelum datangnya pasukan yang jauh lebih besar Mataram-Sultan Agung. Intelijen JP Zoen Coen mendengar bahwa pasukan Mataram akan melakukan penyerbuan-penyerbuan ke wilayah pesisir dan pada saat itu sedang bertarung di wilayah priangan untuk menaklukkan bekas wilayah Pajajaran-Hindu yang dikuasai raja-raja kecil Islam. Menurut hitung- hitungan JP Zoen Coen, lambat tapi pasti Mataram akan menyerang Jayakarta untuk membangun pelabuhan dagangnya yang dekat dengan pelabuhan Malaka. Untuk itu dia membereskan separatis Betawi di tanah-tanah yang diakui sebagai hak VOC. Hitungan JP Zoen Coen ternyata sangat tepat, ia berkonsentrasi menghabisi pasukan Banten-Jayakarta untuk itu ia mengambil ratusan tentara bayaran dari Jerman dan beberapa budak yang didatangkan dari Bali, Bugis dan Ambon untuk menyerbu markas Pangeran Jayakarta. Pada tahun 1620, markas pangeran jayakarta diserbu oleh JP Zoen Coen dan sejarah membuktikan Pangeran tu mengalami kekalahan, Pada saat pasukan Belanda mengepung masjid yang digunakan Pangeran untuk berlindung, Pangeran masuk ke dalam sumur yang berada di dalam masjid, dan Belanda mengira Pangeran sudah mati di dalam sumur itu, Masjid itu kini bernama Masjid Salafiyah yang berdiri di wilayah Jatinegara. Setelah beres dengan perlawanan dari unsur Banten, Zoen Coen menghadapi pasukan Mataram yang berada dibawah pimpinan Sura Agul- Agul dan beberapa senopati perang lainnya yang dibantu orang-orang Priangan. Namun taktik penghancuran logistik terhadap sawah-sawah yang menjadi sumber makanan pasukan Mataram dan diracunnya sungai Ciliwung menjadi kunci kemenangan VOC. Kota Jayakarta-pun diganti nama menjadi Batavia oleh Zoen Coen nama ini diambil dari kata Bataafs, sebuah dinasti yang menguasai Belanda dan Jerman Utara.Dan orang-orang asli yang menempati wilayah Batavia disebut juga Betawi Banyak orang yang mengira asal-usul suku asli Batavia adalah budak-budak Zoen Coen, namun perkiraan ini banyak salahnya daripada betulnya, suku Betawi merupakan suku yang memiliki sifat uniknya sendiri, mereka sangat apolitis, dan menghindar dari struktur kekuasaan, walaupun ada juga orang Betawi yang `keningrat-ningratan dengan menggunakan gelar Raden, Raden betawi beda dengan Raden Sunda atau Raden Jawa yang hanya terdiri huruf `R', penulisan gelar Raden Betawi ditulis `Rd' misalnya : Rd. Mochtar, aktor jaman baheula. Orang Betawi sendiri mungkin berasal dari Melayu atau orang Jawa yang tinggal di pesisir namun menolak bagian dari suku pedalaman, ini sama saja dengan kaum Melayu di Kalimantan yang merasa bukan bagian dari Dayak, atau Melayu di Sumatera Utara yang menihilkan suku Batak. Sedari awal kita sudah lihat pemegang-pemegang kekuasaan di Sunda kelapa atau batavia adalah orang-orang pendatang seperti : Pajajaran-Hindu, Banten, Portugis dan Belanda. Saking sering konflik dengan Pajajaran Bogor, orang Betawi sampai sekarang kalau mengumpat berkata "Dasar Pejajaran!" Orang-orang asli Betawi seakan-akan tidak peduli siapa pemegang kekuasaannya.Itulah yang dapat menjelaskan mengapa suku betawi jarang sekali menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan kotanya sendiri, jabatan yang paling disenangi orang Betawi adalah jabatan-jabatan yang berhubungan dengan agama, makanya banyak sekali dari orang-orang Betawi yang terdidik bekerja di Departemen Agama. Untuk menjawab mengapa Betawi sangat berjarak dengan kekuasaan, mungkin jawaban yang paling tepat adalah orientasi budaya. Budaya betawi sangat unik dibanding budaya-budaya urban di kota-kota besar dunia pada jamannya seperti Huan Long (Vietnam) atau Kyoto (Jepang). Biasanya budaya urban mendorong kegiatan niaga kepada penduduk aslinya, namun untuk kasus Betawi mereka tidak menyukai dunia dagang, hidup mereka di orientasikan pada agama Islam. Untuk menjelaskan cara hidup Betawi, cara pandang Islam merupakan jawaban tepat. Bagi orang-orang Betawi kehidupan dunia tidak memiliki arti apa-apa, cita-cita terbesar orang Betawi adalah naik haji, dan bergelar Haji. Bagi orang Betawi pendidikan harus diorientasikan ke pendidikan agama bukan pendidikan cara Belanda, berbeda dengan suku- suku lain seperti Banten, Sunda dan Jawa yang perlahan menganggap pendidikan sekuler sangat penting, suku betawi sampai saat ini melihat pendidikan sekuler kalah penting ketimbang pendidikan agama. Jika kita menonton sinetron si Doel ada sebuah kesalahan fatal dari penilaian Rano Karno (sebagai penulis ide cerita) yang menganggap betawi itu sebagai orang-orang yang terbelakang secara pendidikan, karena disini Rano Karno melihat cara pendidikan Betawi dari kaca mata orang yang dididik dan dibesarkan dalam pendidikan sekuler dan ala barat. Orang-orang Betawi sangat berpendidikan bahkan beberapa orang kaya Betawi (contohnya Betawi Kuningan dan Betawi Tenabang) menyekolahkan anaknya ke Mesir dan Irak, banyak dari mereka bermukim di Mekkah untuk menimba ilmu agama, ratusan madrasah-madrasah dibangun untuk menampung anak-anak betawi, nah disinilah letak perbedaan orientasi, bagi suku-suku Batak, Minang, Sunda, Jawa dan Bugis (suku yang paling mendominasi arus intelektual di Indonesia), pendidikan ala barat merupakan patokan kecerdasan dan tingkat intelektualitas seseorang yang diperoleh melalui kapital simbolik ijazah sekolah barat yang sekuler. Lain ladang lain belalang bagi orang Betawi keberhasilan adalah bagaimana ia menyelesaikan pendidikan agama dan menjalani hidup dengan irama yang ia yakini, berorientasi pada alam akhirat dengan mengambil pahala banyak-banyak sesuai apa yang mereka yakini. Perbedaan orientasi inilah yang kerap menimbulkan salah paham bahwa orang-orang betawi sangat tidak menghargai pendidikan. Mereka justru sangat menghargai dasar-dasar pendidikan, hanya orang Betawi-lah yang mengenal kultur `Pagi belajar di SD, Siang ke Ibtidaiyah'. Pandangan mereka pendidikan haruslah holistik bukan kompartemental yang berakibat tidak seimbangnya nalar dan hati. Orang Betawi terkenal senang menerima pendatang. Banyak dari pendatang-pendatang luar Jakarta yang modalnya buntelan menjadi sukses di Jakarta, waktu susah banyak ditolong orang Betawi di gang- gang sempit atau toleran terhadap bayaran rumah kontrakan. Rasa bertetangga mereka sangat tinggi, bahkan banyak ketika orang pendatang itu pindah ke tempat yang lebih jauh dan lebih nyaman dari awal dia hidup masih sering berhubungan dengan `kerabat-kerabat betawi-nya yang dulu pernah menolong'. Orang Betawi terkenal blak- blakan, kalau bicara seperti orang nyanyi. Bahasa Betawi adalah bahasa Melayu yang terkenal dengan akhiran huruf e. Kalau orang Melayu mengucapkan huruf e itu dengan mengayun lembut, orang Betawi membunyikannya dengan lempeng. Bahasa Betawi adalah bahasa yang paling berpengaruh dalam ruang pergaulan informal anak muda, kini seluruh radio-radio di seantero Nusantara menggunakan bahasa Indonesia dengan dialek Betawi sebagai bagian dari proses `Jakartanisasi'. Suku Betawi adalah satu-satunya suku di Jakarta yang paling awet menerima gempuran budaya urban, suku-suku lain seperti Jawa, Sunda dan Bugis mengalami kekalahan yang hebat dan mundur ke wilayah- wilayah pedalaman, pesisirnya dikuasai Belanda dan orang-orang timur asing (Vreemde Osterlingen) seperti Cina dan Arab. Berbagai macam pengaruh yang mencampuri keragaman budaya Betawi bahkan darah suku- suku Betawi tidak murni lagi sebagai sebuah ras, orang-orang Betawi adalah campuran dari cina, eropa dan arab. Bagi saya pribadi pernah membagi-bagi fisiognomi-geografi orang-orang Betawi, untuk ras yang di dominasi oleh ras Arab berdiam di sekitar wilayah-wilayah pusat dan utara kota Jakarta, orang-orang Betawi Ancol, Sunter, Tanah Abang, Slipi, Pekojan, dan sekitar Kampung Melayu dan Jatinegara merupakan betawi yang memiliki tekstur arab secara khas, mereka banyak yang keturunan arab. Sedangkan betawi-betawi yang berdiam di sekitar Kuningan, Mampang, Buncit, Pejaten, Kemang dan wilayah- wilayah tengah banyak yang berkulit putih bersih dan bermata sipit, mereka ini banyak keturunan dari ulama-ulama besar Islam keturunan Cina, sedangkan untuk wilayah Depok, ada sebuah keunikan, suku-suku betawi ini di bagi dua kelompok besar yaitu : keturunan Belanda dan keturunan sisa-sisa lasykar Mataram yang tidak berani pulang ke asalnya karena takut dihukum. Untuk yang keturunan Belanda terlihat sekali tingginya, bila anda datang ke wilayah-wilayah Jagakarsa, Ciganjur, Depok lama maka sesekali terlihat wajah-wajah indo yang tinggi badannya sekitar 180-an cm yang bicaranya `ngapak-ngapak', namun jenis ras indo ini tidak banyak, keturunan Mataram-lah yang banyak, mereka sendiri tidak mengetahui atau tidak mau mengetahui keturunan lasykar-lasykar Mataram, tapi bila dilihat dari namanya sungguh nama-nama itu adalah nama yang berasal dari Jawa; seperti Wiro, Tole, Bagor, Diro, Pulung dll yang bukan merupakan ciri khas nama Sunda atau Banten yang lebih banyak terpengaruh nama-nama Islam. Karena merupakan suku melting pot yang terus menerus berbaur bisa dikatakan wanita Betawi itu cantik-cantik. Ada juga betawi-betawi yang menyimpang dari arus besar komunitas, dan membentuk subkultur yang pertama, adalah keturunan Betawi- Portugis yang berdiam di sekitar wilayah Tugu dekat Tanjung Priok, agama mereka bukan Islam tetapi Kristen Protestan, pada awalnya mereka beragama Katolik tapi atas paksaan VOC yang anti Katolik dan penganut protestan Calvinis, mereka dipaksa masuk Protestan oleh Belanda dan sampai sekarang agama mereka protestan, mereka memiliki budaya sendiri seperti lempar-lempar bedak pada hari natal atau yang paling populer adalah musik keroncong, di tahun 1930-an orang-orang Tugu banyak menjadi buaya-buaya keroncong terkenal. Yang kedua subkultur Betawi "Belanda-Depok". Dulu disekitar wilayah Depok berdiri sebuah perkebunan besar yang dibangun oleh Cornelis Chastelein, pejabat penting VOC, wilayah ini mencakup Depok, Cinere dan sebagian kecil wilayah Jakarta Selatan. Luasanya sekitar 1285 hektar (hitungannya sekarang mungkin mencakupi 6 kecamatan). Pada tahun 1696 menjelang Chastelein pensiun ia membeli tanah tersebut dan tahun 1714 tanah tersebut di wariskan oleh budak-budak yang dimerdekakannya, budak-budak itu diperkirakan ada 12 orang, nama-nama mereka adalah Leander, Loen, Jacob, Laurens, Joseph, Jonathans, Bacas, Soedira, Isakh, dan Zadokh. Keturunan- keturunan mereka banyak menguasai tanah-tanah di Depok, agama mereka kebanyakan Kristen Protestan, untuk nama belakang Zadokh saat ini tidak ditemukan lagi, kemungkinan karena beberapa generasi setelah Zadokh tidak ada lagi keturunan pria.

Selasa, 19 Mei 2009 18:28 WIB Sudah 30 Portal Dibongkar Tramtib

Selasa, 19 Mei 2009 18:28 WIB

Sudah 30 Portal Dibongkar Tramtib

JAKARTA (Pos Kota) – Sebanyak 30 portal dan ‘polisi tidur’ (speed trap) yang berada di tujuh kecamatan dibongkar paksa petugas Tramtib Jakarta Selatan sejak Pk. 09:00 hingga Pk. 16:00, Selasa (19/5).

“Kami hanya bisa membongkar sekitar 30 portal dan ‘polisi tidur’ dari target yang direncanakan sebanyak 85 buah di sepuluh kecamatan,” kata Kasudin Tramtib Jaksel Jurnalis didampingi Kasie Operasional Bambang.

Menurut dia, sebagian besar portal yang dibongkar berada di jalan masuk pemukiman mewah kawasan Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Tebet dan Pasar Minggu.

Untuk ‘polisi tidur’, tambah dia, yang paling banyak dibongkar berada di Kec. Jagakarsa mencapai 12 polisi tidur dan sisanya berada di Mampang Prapatan dan Setiabudi.

Rincian portal yang dibongkar sebanyak 12 buah dan ‘polisi tidur’ sebanyak 18 buah kebanyakan berada di jalan lingkungan serta umum yang mengganggu kenyamanan pengendara, katanya. (anton/sir)

PETA PREMANISME DI JAKARTA

Peta Premanisme di Jakarta

Judul buku: Wilayah Kekerasan di Jakarta

Penulis: Jerome Tadie

Penerbit: Masup Jakarta, 2009

Tebal: 324 halaman

keras1

Hidup di megapolitan seperti Jakarta tidaklah mudah. Harus kerja keras, peras keringat dan banting tulang, kalau mau tetap bertahan.

Kerasnya kehidupan di megapolitan membuat tinggi tingkat kriminalitas. Tiada hari tanpa aksi kriminalitas dan kekerasan. Ini harus diwaspadai warga ibu kota jika tak ingin menjadi korban.

Buku ini menyingkap peta kekerasan dan premanisme di Jakarta. Ditulis oleh Jerome Tadie, seorang penulis Prancis yang melakukan penelitian dan survei tentang kekerasan di Jakarta selama kurun 1997-2000.

Di dalam buku ini Jerome memperlihatkan bahwa kekerasan terdapat di inti permasalahan kota dan perkembangannya. Kekerasan melingkupi segala jenis kawasan perkotaan, dari yang paling “aman” sampai yang paling “rawan”, dari yang terkaya hingga yang termiskin, dari yang paling “modern” sampai yang paling “tradisional”.

Kekerasan, menurut dia, mempersatukan berbagai permasalahan perkotaan karena terungkap di segala tataran, dari wilayah hingga kota, sehingga menjadi pertaruhan di tingkat nasional maupun internasional.

Di buku ini Jerome juga menganalisis pengaruh berbagai kelompok yang dapat disamakan dengan mafia dalam hal menata ruang yang lebih khusus, seperti wilayah hiburan, dan wilayah perdagangan narkoba yang memperlakukan penduduk hanya sebagai komoditas .

Berbagai organisasi itu juga memanfaatkan variasi spasial, ekonomis, politis, dan sosial dalam kota, tetapi pada tataran lain yang sifatnya lebih internasional. (hal 301)

Terbagi tiga bagian, buku ini membahas geografi kerawanan Jakarta, wilayah penindasan, serta premanisme.

Mengingat masalah premanisme kerap meresahkan masyarakat, pembaca, khususnya yang berdomisili di Jakarta, perlu menyerap informasi yang dipaparkan Jerome tentang dunia premanisme di Jakarta, sejak masa prakemerdekaan hingga kini.

Selain mengungkap tokoh-tokoh preman berpengaruh di Jakarta, Jerome juga memaparkan peta penguasaan wilayah oleh kelompok-kelompok preman.

Hal lain yang dia ungkap adalah pemanfaatan kelompok preman di masa orde baru, yang digalang untuk kepentingan politik rezim yang berkuasa.

Pola pemanfaatan tenaga preman, berdasarkan pengamatan Jerome, terus berlangsung hingga kini. Mereka dimanfaatkan untuk pengendalian wilayah, serta kepentingan ekonomis, seperti menggusur lahan dan membubarkan aksi pemogokan. Mereka juga digunakan untuk menyelesaikan berbagai perselisihan di lingkungan kampung. (hal 254)

Menyangkut peta premanisme, dia membaginya berdasarkan faktor etnik/kesukuan, di mana terdapat sekitar lima belas etnik yang mengendalikan berbagai wilayah di Jakarta. Antara lain, Batak, Palembang, Padang, Banten, Demak, Jepara, Surabaya, Madura, Makasar, Ambon, dan Papua.

Mereka, tulis Jerome, memiliki spesialisasi dalam melakukan tindak kriminalitas. Ada spesialis pencuri atau pencopet, menodong dan menjambret, menipu, dan tukang pukul.

Dalam penguasaan wilayah, juga terdapat kekhasan tersendiri. Ada yang menguasai terminal, pasar, tempat hiburan, dan pelabuhan. Dari berbagai wilayah yang dikuasai preman, ada lima sektor pengendalian utama, yakni Pelabuhan Tanjung Priok, Kota, pecinan, Tanah Abang, dan Senen. (hal 271)

Buku ini menjadi menarik karena Jerome bisa menjelaskan dengan detail pembagian wilayah kekuasaan tersebut. Di Senen, misalnya, pasar sudah dikapling-kapling. Trotoar dikendalikan oleh preman Batak, terminal bus juga dikendalikan preman Batak, sementara di belakang terminal bus, preman Palembang yang berkuasa.

Di luar pasar, lain lagi penguasanya. Ada wilayah kekuasaannya preman Betawi, Makasar, Jawa Timur, Semarang dan Demak.

Di Senen, Jerome menambahkan, ada pelaku lain yang juga ikut menjadi pengendali, yakni oknum tentara dan polisi. Mereka ikut berkecimpung di sana mengingat banyaknya tangsi militer dan polisi di wilayah itu. (hal 275)

Tak banyak buku yang mengupas kekerasan di Jakarta. Kehadiran buku ini bisa menambah wawasan pembaca, khususnya masyarakat Jakarta, seputar dunia kekerasan dan premanisme di ibu kota.

Tentu tak perlu harus jadi preman, apalagi penjahat, untuk bisa mengetahui peta premanisme di Jakarta.

Maret 5, 2009

JAKARTA DARI YANPREMAN DI JAKARTA DARI YANG KUMUH SAMPAI BERDASIG

Malam minggu yang lalu saya pergi ke Gramedia toko buku dikawasan Bintaro untuk membeli kalkulator scientific untuk adik saya.Saya langsung menuju ke stand kalkulator dan langsung membeli kalkulator dengan budget yang sesuai kantong celana.Selesai membeli saya langsung menuju lantai atas toko buku tersebut untuk melihat-lihat buku yang ada di rak buku.Mata saya tertuju pada buku yang bertemakan Premanisme di Jakarta.Tema tersebut sangat menarik hati saya karena saya dilahirkan di Jakarta walupun kedua orang tua saya bukan asli Jakarta.Keluarga saya merantau dari Jawa tengah tepatnya dari daerah Purbalingga (tempat dimana Parto patrio dilahirkan) dan Solo.

Terbesit dikepala saya ketika pertama kali saya mendengar kata preman yaitu pria dengan tato di sekujur tubuhnya yang menguasai suatu wilayah karena pandai berkelahi.Jika di film-film barat seperti mafia yang ada di Italia,Rusia atau negara negara lain.Tapi bedanya kalau dibarat premannya kebanyakan pakai jas jas gitu.Di Jakarta banyak sekali preman preman yang menguasai daerah daerah penting di Jakarta seperti kawasan Blok-M,Senen,Tanah abang,Tanjung priuk,jalan antara Monas-Glodok-Mangga dua.Daerah daerah yang sangat rawan terjadinya kejahatan.Sistem dalam dunia preman sangat sederhana yakni biasanya ada dari perekrutan para perantau yang mencoba mengadu nasib ke Jakarta dan belum mempunyai pekerjaan.Umumnya para perantau mempunyai teman dari komunitas kecil asal perantau tersebut sehingga terjadi pola “kesukuan”.Ada preman Batak,Madura,Betawi,Makasar,Papua dan komunitas kecil seperti preman Thionghoa.Setiap komunitas memiliki sistem yang berbeda walaupun semua tujuannya sama.Mereka mempunyai pimpinan yang sangat di hormati karena punya keberanian yang sangat tinggi.Setiap komunitas menguasai beberapa daerah seperti Terminal Blok M oleh preman Makasar,Blok M mal oleh preman Madura,Kawasan Tanah Abang beberapa blok dikuasai oleh preman Betawi dan Madura.Pada kawasan tersebut mereka meminta uang keamanan kepada toko-toko yang ada.Jika ada toko yang tidak memberi mereka tidak takut untuk merusak toko sehingga para pedagang terpaksa memberikan uang keamanan tersebut.Pernah terjadi peristiwa bentrokan antara pedagang dan preman.Kita pasti sudah tau hasil akhirnya bagaimana.Bentrokan-bentrokan biasa terjadi karena beberapa hal seperti berebut kekuasaan suatu wilayah,melawan aparat keamanan,melawan pedagang yang tidak mau tunduk pada aturan undang-undang preman.Berebut kekuasaan suatu wilayah biasanya akan melibatkan komunitas-komunitas yang besar.Wilayah yang strategis adalah wilayah yang banyak arus perdagangan,arus keramaian seperti mall,stasiun,kawasan pertokoan,bioskop,lahan parkir.Ada satu cara yang cukup sederhana untuk merebut suatu wilayah contohnya adalah ketika terjadi perkelahian antara preman Makasar dengan Betawi.Preman Makasar berdalih membuka rumah makan dikawasan kekuasaan Betawi.Seperti biasa ketika sang jagoan Betawi meminta uang keamanan si pemilik rumah makan tidak memberi sehingga terjadi perkelahian besar antara preman Betawi dan Makasar.Jakarta ibarat hutan.Bukan KUHP yang berlaku tetapi hukum rimbalah yang ada.Siapa yang kuat da yang menang.

Sebenarnya pemerintah tidak diam saja dalam menanggulangi masalah premanisme di Jakarta.Pada saat rezim Alm. Soeharto pernah terjadi masa ketakutan para preman bagaimana tidak pada saat itu terjadi penculikan para pemimpin komunitas tersebut.Setelah di culik mereka dibunuh dan mayatnya di buang di berbagai tempat seperti trotoar jalan,tempat pembuangan sampah,sungai,bahkan di jalan tol.Pelaku tersebut masih sangat misterius namun diduga adalah aparat keamanan yang berpakaian preman hal tersebut di duga karena terjadi lebih dari 60an mayat yang di temukan oleh warga dan dimuat di media cetak dan elektronik dan lebih dari 1000 orang hilang.Pada saat itu banyak preman yang takut apalagi bagi orang yang memiliki tato karena preman identik dengan tato.Bahkan sampai ada orang yang membakar kulitnya untuk menghilangkan tatonya.Pada saat ini preman juga dimanfaatkan pemerintah dan partai politik dalam beberapa hal seperti pengawalan terhadap orang orang penting.Bahkan sekarang preman sudah bersimbiosis dengan para pedagang seperti perlindungan pedagang oleh preman terhadap para trantib yang ingin menggusur lapak para pedagang.

Di dunia ini sangat menarik,hitam putih kehidupan membuat makna yang jelas akan indah dan buruknya hidup.Seiring berkembangnya jaman premanisme pun sebenarnya menurut saya mengalami perkembangan yang sangat pesat ditandakan dengan kesenjangan sosial yang semakin melebar.Preman tidak lagi dipersepsikan dengan pakaian yang kotor,kumuh,bau tetapi lebih pada sifat negatif manusia yang mengambil hak-hak orang lain.Saat ini banyak preman sudah menjelma dengan menggunkan mobil-mobil mewah yang tiap hari hilir mudik di bilangan senayan ataupun perusahaan-perusahaan dan instansi- instansi pemerintahan.Preman yang berbalut kemeja dan jas yang dijahit oleh penjahit yang sangat profesional tampak stylish dan elegan.Bumi memang berputar sangat cepat sehingga membuat otak manusia pun berputar sangat cepat.Berputar mengikuti arah jarum jam atau berputar terbalik melawan arus jarum jam.Karena terlau cepat berputar membuat banyak orang lupa akan kodratnya sendiri yakni manusia sebagai mahluk sosial.Preman berdasi lebih individualis di bandingkan preman yang tiap hari nya berada dijalanan bukan dikantor.Kekuasaan yang mebutakan segalanya.Saya teringat perkataan teman saya ketika saya berkumpul dengan teman-teman SMA saya yang lain,Dia bilang "Yang membuat orang hilang akal nya adalah Harta,Kekuasaan dan Wanita".Setelah saya pikir memang benar banyak sekali orang yang berkuasa yang seharusnya menjadi pemimpin yang baik malah berlaku seperti preman.

Saya menulis ini bukan karena saya membenci preman-preman yang ada di Jakarta tapi saya menjadi tahu dan sadar bahwa kita butuh orang lain untuk hidup.Kekerasan fisik yang biasa terjadi membuat kita harus kuat dalam menjalani hidup.Kekuasaan yang didapat harus menjadi tanggung jawab untuk kepentingan orang lain bukan untuk kepentingan diri sendiri.Kesukuan sebenarnya hanya kuat pada satu titik tapi akan kalah pada titik yang lain.Hal ini yang membuat saya merasa belum ada perbuatan yang bisa membangkitkan rasa kebersamaan,rasa kebangsaan,rasa satu untuk semua.Mengingatkan saya pada perjuangan para pemuda yang di ikrarkan pada sumpah pemuda.Satu bukan berarti sedikit tapi alangkah baiknya satu bisa ditambah dengan satu lagi sehingga akan menghasilkan kuantitas yang baik diiringi dengan kualitas yang baik pula.Hidup itu keras tapi bukan berarti harus memeras.Banyak jalan menuju Roma.Siapa tau aja nanti ada busway yang ke Roma.Hidup Jakarta.

artistic =w=

HARI MENANAM INDONESIA (28 NOVEMBER)

LINDUNGI SATWA DAN PUSPA

LINDUNGI SATWA DAN PUSPA

PEMANDANGAN ALAM LAMPUNG

PEMANDANGAN ALAM LAMPUNG

PUPUK KOMPOS

MEMBUAT PUPUK KOMPOS

Mimbar Penyuluh



MEMBUAT PUPUK KOMPOS DARI KOTORAN SAPI

Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos ini adalah kotoran sapi dan bahan seperti serbuk gergaji atau sekam, jerami padi dll, yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos, selain ditambah serbuk gergaji, atau sekam, jerami padi dapat juga ditambahkan abu dan kalsit/kapur. Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak di petani/peternak juga memiliki kandungan nitrogen dan potassium, di samping itu kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos.

Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah dilakukan petani secara optimal di daerah-daerah sentra produk sayuran. Sayangnya masih ada kotoran ternak tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya harga pupuk non organik (kimia) dapat diatasi dengan menggiatkan kembali pembuatan dan pemanfaatan pupuk kompos.

Proses
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Bahan yang diperlukan adalah kotoran sapi : 80 – 83%, serbuk gergaji (bisa sekam, jerami padi dll) : 5%, bahan pemacu mikroorganisame : 0.25%, abu sekam : 10% dan kalsit/kapur : 2%, dan juga boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, serta kotoran ayam 25 %

Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Prosesing pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (fases dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai ¬+ 60%, kemudian kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi 1 tempat pembuatan kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll, serta abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya seluruh bahan campuran diaduk secara merata. Setelah satu minggu di lokasi 1, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai 70 derajat celcius untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma.

(Untuk informasi lebih lengkapnya silahkan berlangganan Tabloid SINAR TANI. SMS ke : 0815 8441 4991

TRANSPORTASI TRADISIONAL

LINDUNGI SATWA DAN PUSPA

KOPI MANGGARAI TIMUR,N.T.T

KRAKATAU STEEL

KTT FAO Bahas Masalah Dunia

Laporan koresponden Aart Heering dari Roma

03-06-2008


Mahmoud Ahmadinejad dan Robert Mugabe adalah tamu yang paling mencolok di KTT Pangan yang berlangsung di Roma, Italia, mulai tanggal 3 s/d 5 Juni ini. Presiden Iran dan Zimbabwe itu memanfaatkan manifestasi FAO, organisasi PBB urusan bahan pangan dan pertanian, terutama untuk sejenak keluar dari isolasi internasional yang mereka alami. Peserta lainnya, seperti presiden Prancis Nicolas Sarkozy, perdana menteri Jepang Yasuo Fukuda dan sejawatnya dari Italia Silvio Berlusconi, harus berupaya semaksimal mungkin menghindari pertemuan dan sambutan yang tidak dikehendaki.

Tapi KTT membahas hal-hal lain yang lebih penting. Seperti bagaimana caranya menjamin kepastian persediaan pangan saat harga bahan pangan dan energi meningkat terus? Bagaimana mencegah meningkatnya jumlah 850 juta orang yang kelaparan? Dan bagaimana menyikapi tantangan-tantangan perubahan iklim dan bahan bakar nabati? Hal-hal itulah yang dibahas para pemimpin pemerintah dan menteri pertanian dari seratus lebih negara peserta di markas besar FAO di Roma. FAO ingin mewajibkan mereka menyusun kebijakan bersama. Kebijakan bersama tersebut ditetapkan dalam rencana pelaksanaan global, guna menjawab pertanyaan yang semakin mendesak saja. Karena itulah, kali ini KTT pangan dua tahunan ini lebih aktual daripada KTT-KTT sebelumnya.

Dramatis
Tahun lalu harga bahan pangan meningkat dan menimbulkan kejadian-kejadian dramatis. Tapi masalah ini sudah berjalan cukup lama: tujuh tahun terakhir harga beras dan gandum lima kali lipat lebih mahal. Karena itu jumlah orang-orang yang kelaparan di dunia kembali meningkat. Padahal belum lama ini jumlah itu berangsur-angsur terbendung. Alasan meningkatnya kelaparan sementara ini sudah diketahui dan akan dibahas pada KTT FAO.

Perubahan iklim akibat ulah manusia terjadi lebih cepat daripada dugaan sebelumnya. Perubahan iklim ini mengakibatklan kemarau dan banjir di bagian besar dunia. Alhasil, areal pertanian dalam jumlah besar tak berguna lagi. Jumlah penduduk dunia bertambah sekitar 80 juta setiap tahun, sehingga makin banyak orang yang memerlukan makanan. Di kawasan yang kemakmurannya meningkat, pola makan pun berubah. Rakyat Cina juga ingin makan daging. Tapi untuk memproduksi satu kilo daging diperlukan tujuh sampai delapan kilo gandum, dan lebih dari 10 ribu liter air. Dunia juga terancam kekurangan air karena manajemen air yang tidak memadai dan tidak adanya kesepakatan internasional.

Bahan bakar nabati
Pokok penting diskusi adalah penggunaan bahan bakar nabati, yang selama bertahun-tahun disebut sebagai alternatif sinambung bahan bakar fosil. Tapi pada saat bersamaan permintaan akan biomasa mengakibatkan tanaman makanan manusia dicabut dari pasar. Karena itulah FAO dan Uni Eropa mendukung pengurangan penggunaan bahan bakar nabati. Tapi tak pelak lagi FAO dan Uni Eropa akan ditentang Amerika Serikat, yang tahun lalu menggunakan hampir 30 persen produksi pangannya untuk memproduksi bahan bakar nabati. Dan dari pihak Brasil, yang hampir semua penduduknya menggunakan bahan bakar dari tebu.

Bulan-bulan belakangan sudah pecah kerusuhan di pelbagai negara karena bahan pangan. Di sana bantuan darurat harus secepatnya diberikan dalam bentuk makanan, bibit, tanaman dan pupuk buatan. Ini adalah tugas program pangan sedunia, yang juga berkantor di Roma. Tapi FAO terutama ingin mengarahkan perhatian kepada tindakan-tindakan sinambung, seperti memberikan bantuan kepada petani-petani kecil di negara-negara miskin dalam bentuk pengetahuan dan kredit, perdagangan bebas, di mana monopoli pemerintah masih merintanginya, dan pilihan tanaman yang emisi CO2-nya sedikit dan mengandung lebih banyak vitamin. Tak pelak lagi FAO juga akan membahas modifikasi gen untuk meningkatkan produksi. Masalah ini juga belum dibahas tuntas dalam debat internasional.

Penting bagi FAO
KTT ini juga penting bagi FAO sendiri. Di masa lampau organisasi ini kerapkali dikritik karena terlalu birokratis dan mengutamakan sahabat-sahabat politisi dalam soal jabatan. Presiden Senegal belum lama ini mengusulkan agar markas besar di Roma ditutup saja dan digantikan kantor yang lebih kecil di Afrka. Tapi kemungkinan usulannya itu dilontarkan karena dia sebangsa sekaligus lawan politik Jacques Diouf , dirjen FAO. Bagaimanapun juga, andaikata KTT di Roma Kamis mendatang (5/06) berhasil menyepakati dokumen akhir yang mengikat, maka pada penerapannya, FAO jelas merupakan think tank, alias kelompok ahli pemikir agraris umat dunia.