Banjir Di Brasil

Republika OnLine » Breaking News » Internasional
Brasil Terus Mencari 600 Warga yang Hilang Tersapu Banjir
Kamis, 24 Juni 2010, 00:17 WIB



Banjir di Brasil

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO--Tim Penyelamat Brasil hingga kini masih mencari 600 orang yang dinyatakan hilang setelah hujan lebat yang berakibat banjir bandang di dua negara bagian di negara itu, Rabu (23/6). Korban meninggal pun kini genap menjadi 44 orang setelah Selasa malam lalu, ditemukan tiga mayat korban banjir.

Departemen Pertahanan Sipil negara bagian Alagoas mengatakan banjir yang mulai surut memberi kesempatan untuk para tentara dan petuga penyelamat menjangkau area yang terisolasi dengan perahu karet maupun helikopter. Peralatan berat akan digunakan untuk membersihkan rumah-rumah yang hancur, guna memudahkan anjing pelacak mencari korban yang mungkin saja masih bisa ditemukan.

Mereka percaya orang-orang yang hilang dalam keadaan selamat. Hanya saja, mereka kini dalam keadaan yang tak mampu mengenali anggota keluarga dan sanak saudara karena tak ada listrik dan sambungan telepon yang menghubungkan. Menurut juru bicara Departemen Pemadam Kebakaran Kota Maceio, ibu kota Alagoas, yang tak mau disebutkan namanya, pencarian orang hilang sudah mulai dilakukan. Tapi hingga kini, belum ada yang ditemukan.

Menurut pihak pemerintah, mereka telah mengirimkan bantuan senilsi 56 juta dolar AS berupa makanan, obat-obatan, dan pertolongan pertama. Selain itu, Angkatan Udara negara itu juga telah mengirimkan 10 ton kebutuhan pokok ke area-area yang terkena dampak paling parah.

Banjir Di Brasil

Banjir Hilangkan Seribu Orang
23 Juni 2010

RIO DE JANEIRO (RP)- Brazil kembali dilanda banjir besar. Hujan lebat yang mengguyur wilayah timur laut mengirim air bah ke sejumlah desa. Akibatnya, seribu orang dilaporkan hilang.


Hingga Selasa (22/6), setidaknya 38 orang tewas dan puluhan ribu lainnya mengungsi. Sejumlah desa di Negara Bagian Alagoas dan Pernambuco rusak parah. Dilaporkan, 400 ribu rumah di 22 kota kecil di Alagoas terendam air bah. Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva langsung mengadakan pertemuan koordinasi untuk mengatasi bencana itu.

Gubernur Alagoas, Teotonio Vilela Filho, mengatakan, beberapa jenazah terhempas hingga ke pinggir pantai dan tepi-tepi sungai. “Sampai sore ini (kemarin, red) kami telah menemukan 26 jenazah di Alagoas dan lebih dari seribu orang hilang,” terangnya sebagaimana dikutip BBC.

“Kami berdoa semoga mereka yang hilang ditemukan dalam kondisi hidup. Namun, kekhawatiran kami semakin besar ketika beberapa jenazah mulai ditemukan mengambang di beberapa wilayah,” lanjut dia sebelum melaporkan kejadian tersebut kepada Presiden Brazil, Luiz Inacio Lula da Silva. Menurut otoritas setempat, sekitar 500 orang hilang ketika Sungai Mandau meluap. Setidaknya 12 orang dilaporkan tewas di Negara Bagian Pernambuco. Ribuan kilometer ruas jalan digenangi air bah sehingga menghambat jalur bantuan ke wilayah yang terdampak bencana.

Tim penyelamat mengevakuasi penduduk dengan menggunakan helikopter. Lebih dari 80 persen wilayah Kota Quebrangulo di Alagoas dilaporkan terendam banjir. Kejadian itu memaksa ribuan penduduknya mengungsi ke dataran yang lebih tinggi. Petugas dan personel angkatan laut membantu proses evakuasi. Banjir kali ini merupakan salah satu yang terbesar di wilayah yang sama, Alagoas. Pada 2009, banjir serupa menewaskan 44 orang dan membuat ratusan ribu kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.(cak/dos/jpnn)

Rombongan Menhut Menemukan Pabrik Kayu Lapis Siluman

Tragedi Bangka di Kaltim

Rombongan Menhut Menemukan Pabrik Kayu Lapis Siluman

Kamis, 24 Juni 2010 | 04:24 WIB

Sangatta, Kompas - Pemerintah daerah di Kalimantan Timur harus menghentikan kerusakan kawasan hutan di wilayah mereka. Eksploitasi batu bara yang tidak memperhitungkan daya dukung kawasan bisa membuat tragedi kerusakan Bangka akibat tambang timah terulang di sana.

Demikian hasil pantauan udara kawasan Kaltim Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dan Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Rabu (23/6). Turut serta anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum Mas Achmad Santosa dan Yunus Hussein, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam PHKA Darori, dan penyidik utama Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri Komisaris Besar Budi Susilo.

Menhut dan rombongan mengawali pemantauan udara menggunakan helikopter Agusta 119 dari Balikpapan. Kerusakan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto akibat pertambangan batu bara tampak jelas dari udara.

Ratusan lubang bekas tambang bertebaran sepanjang penerbangan menuju Samarinda. Danau yang ditinggalkan begitu saja dan sebagian masih ditambang mendesak Tahura dan wilayah permukiman penduduk.

”Kerusakan akibat tambang di Samarinda lebih parah dari Kalsel. Kalau hal ini terus dibiarkan, Kaltim bisa luluh lantak juga seperti Bangka,” kata Zulkifli.

Rombongan sempat mendarat di Tahura Bukit Soeharto melihat lokasi tambang liar CV Dwi Karya Pratama. Tiga perusahaan penambang liar lain yang kini juga disidik adalah Arjuna Mandiri, Pelangi Borneo, dan Bintang Pelangi Nusantara.

Gubernur Kaltim Awang Faroek menyambut rombongan di Samarinda. Dalam pertemuan singkat, Menhut, Menteri LH, dan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum sepakat segera mengundang Awang membahas masalah kehutanan di Jakarta.

Menhut sempat menegur dan mengingatkan Gubernur Kaltim soal tambang batu bara liar yang banyak merambah hutan. Tahura Bukit Soeharto seluas 67.766 hektar kini rusak parah dan hutan yang masih ada semakin terancam karena sedikitnya 100 kuasa pertambangan (KP) batu bara beroperasi di sekelilingnya.

Awang mengakui hal itu dan menyatakan, para bupati harus mencabut izin KP yang beroperasi di kawasan hutan. Awang meminta Menhut menerbitkan surat yang menguatkan gubernur mendesak bupati menertibkan KP bermasalah dan menghentikan pinjam pakai kawasan hutan di Kaltim.

Menhut menyanggupi permintaan itu dan meminta Gubernur Kaltim serius menghentikan kerusakan hutan. Kaltim salah satu provinsi bakal menjadi proyek percontohan moratorium izin baru konversi hutan alam dan lahan gambut kerja sama Indonesia dan Norwegia.

Di Samarinda, rombongan meninjau pabrik kayu lapis PT Harimas Jaya Plywood di tepi Sungai Mahakam. Pabrik yang tak beroperasi tujuh tahun akibat pailit itu ternyata berproduksi lagi tanpa izin dengan sumber bahan baku yang tidak jelas.

Darori menegaskan, penyidikan akan terus berjalan. ”Untuk Kaltim ada sedikitnya 160 kasus pidana kehutanan. Siapa pun yang melanggar undang-undang kehutanan akan diperiksa, termasuk pejabat,” ujarnya.

Achmad Santosa menegaskan, pelanggaran yang terjadi sekarang merupakan salah satu efek negatif otonomi daerah. Walau demikian, penegakan hukum tetap harus berjalan.

”Sekarang masa mencuci piring karena pesta sudah lama usai,” ujar Santosa. (ham/bro)

Penangkaran badak jawa di Gunung Honje diresmikan oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia Zulkifli Hasan

Penangkaran Badak Jawa di Gunung Honje

Posted on 22 Juni 2010 by alamendah

Penangkaran badak jawa di Gunung Honje diresmikan oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia Zulkifli Hasan bersama Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Senin, 21 Juni 2010. Penangkaran badak jawa (Rhinoceros sondaicus) akan dikembangkan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dengan mengambil lokasi di blog Gunung Honje yang terletak di wilayah Kabupaten Pandeglang, Banten.
Penangkaran badak jawa di gunung Honje pada tahun 2011 diharapkan sudah mulai dihuni oleh badak jawa (Rhinoceros sondaicus). Ditargetkan pada tahun 2015, penangkaran ini sudah mampu membiakkan badak jawa sehingga akan menambah jumlah populasi mamalia terlangka di dunia ini menjadi sedikitnya 75 ekor. Populasi badak jawa saat ini diyakini kurang dari 50 ekor bahkan bisa jadi hanya berkisar antara 25-36 ekor.
Lokasi penangkaran badak Jawa dipusatkan di area 3.000 hektare dari luas habitat populasi badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sekitar 38 ribu hektare. Lokasi penangkaran tersebut berada di kawasan Gungung Honje bagian Selatan, yakni dengan cara dilakukan pemagaran beraliran listrik setinggi 2 meter sepanjang 24 kilo meter.

Badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon yang tertangkap kamera trap
Penangkaran badak jawa di Gunung Honje ini selain mampu mengembangbiakkan badak jawa sehingga menyelamatkan badak jawa dari kepunahan diharapkan juga menjadi taman marga satwa dunia (TMSD) yang akan menarik minat wisatawan baik domestik maupun manca negara.
Di penangkaran ini, wisatawan akan dapat melihat secara langsung keberadaan badak jawa yang merupakan mamalia terlangka di dunia. Selama ini, badak jawa termasuk binatang yang sangat pemalu sehingga sulit ditemui secara langsung.
Untuk lebih mendukung program penangkaran badak jawa, Menteri Kehutanan dalam acara peresmian penangkaran badak jawa juga mencanangkan tanggal 21 Juni sebagai Hari Konservasi Badak Indonesia.
Hati-hati. Upaya pelestarian badak jawa dengan mendirikan penangkaran di Gunung Honje yang ditarget terwujud pada tahun 2011 dilaksanakan dengan hati-hati. Badan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) akan bekerja sama dengan berbagai pihak yang berkompeten seperti Yayasan Badak Indonesia (YABI) dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dunia juga akan membantu, seperti dari Executive Director International Rhino Foundation Susie Eliis, Kimsei Vier (Tulsa Zoo), dan Ruchweet (Miami).
Harapan kita semua tentunya sama, semoga penangkaran di Gunung Honje ini akan mampu mengembangbiakkan dan melestarikan badak jawa (Rhinoceros sondaicus) sehingga fauna identitas provinsi Banten yang populasinya saat ini tersisa kurang dari 50 ekor mampu terhindarkan dari kepunahan.
Referensi:
• sains.kompas.com/read/2010/02/23/11173595/Gunung.Honje.Jadi.Pusat.Pembiakan.Badak.Jawa
• alamendah.wordpress.com/2009/10/02/badak-jawa-satwa-terlangka-di-dunia/
• Sains.kompas.com (gambar)
Indonesia-Jepang Tandatangani Perjanjian Pinjaman Perubahan Iklim
Astrid Puspasari
23/06/2010 21:45
Liputan6.com, Jakarta: Pemerintah Jepang memutuskan untuk memperpanjang pinjaman ODA Jepang untuk Indonesia senilai Rp 27,195 triliun, untuk Program Pinjaman Perubahan Iklim (III). Perjanjian dilakukan guna mendukung kebijakan perubahan iklim di Indonesia atas pemanasan global akibat penyerapan karbon dan pengurangan emisi gas.

Perjanjian Indonesia-Jepang itu diselenggarakan pada 23 Juni 2010 di Jakarta, dan ditandatangani oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia, H.E. Kojiro Shiojiri serta Direktur Jendral untuk Hubungan Asia Pasifik dan Afrika, T. M. Hamzah Thayeb. Pinjaman Program Perubahan Iklim (III) itu akan dikenakan bunga 0,15 persen per tahun, dalam jangka pengembalian 15 tahun dengan masa tenggang lima tahun.

Selain membahas program pinjaman, pemerintah Jepang juga menyediakan bantuan bergaransi senilai dua triliun rupiah, untuk pemeliharaan hutan dan meningkatkan kemampuan mengatasi bencana alam pada Maret silam.(AST)