Dua Gajah Ditemukan Mati di Tesso Nilo

Dua Gajah Ditemukan Mati di Tesso Nilo

Minggu, 28 Maret 2010 | 17:03 WIB
Tribun Pekanbaru/Raya Deswanto

PEKANBARU, KOMPAS.com — Dua gajah sumatera ditemukan mati di habitatnya di kawasan Taman Nasional (TN) Tesso Nilo, Riau. "Dua gajah tersebut diperkirakan sudah mati sekitar seminggu lalu dan bangkainya kami temukan di kawasan taman nasional," kata Kepala Balai TN Tesso Nilo Hayani Suprahman di Pekanbaru, Minggu (28/3/2010).

Bangkai gajah liar itu ditemukan di belahan Desa Air Hitam, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan. Seekor gajah ditemukan mati pada Sabtu (27/3/2010) sekitar pukul 21.00. Gajah jantan yang mati tersebut diperkirakan berusia 6-7 tahun. "Gading yang di sebelah kanan hilang dan diduga bekas dipotong orang," ujarnya.

Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, pihaknya kembali menemukan bangkai seekor gajah jantan lain, tak jauh dari lokasi temuan pertama. Meski begitu, kondisi gading pada gajah kedua masih utuh. "Lokasi gajah kedua dengan yang ditemukan pertama hanya sekitar 100 meter," ujarnya.

Menurut dia, Balai TN Tesso Nilo bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, WWF, dan Polsek Ukui kini sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai penyebab kematian dua gajah tersebut.

Humas WWF Riau, Syamsidar, mengatakan, lokasi penemuan gajah tersebut merupakan daerah yang dirambah warga pendatang. Hutan di daerah itu kini sedang dikonversi perambah untuk ditanami kelapa sawit.

"Kalau dilihat dari gadingnya yang dipotong, kemungkinan besar pelaku bukan pemburu atau orang yang berprofesi sebagai pemburu gajah," ujarnya.

Dalam sebulan terakhir ada tiga gajah sumatera yang ditemukan mati akibat dibunuh di Riau. Awal pekan lalu, seekor gajah ditemukan mati dan gadingnya hilang di Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. Namun, hingga kini aparat hukum belum bisa menangkap pelaku dari perbuatan pidana itu.

POTRET HUTAN JAMBI

POTRET HUTAN JAMBI (February 2004 - Desember 2004)
Banyak pihak mensinyalir bahwa Propinsi Jambi memiliki keragaman ekosistim terlengkap. Provinsi isi memiliki hutan pegunungan dataran tinggi (Tipe hutan Sub Alpin) pada daerah-daerah yang membentang sepanjang Bukit Barisan. Disamping itu, provinsi Jambi juga memiliki hutan dataran rendah pada wilayah-wilayah menuju pantai timur yang landai serta hutan rawa. Kelengkapan tipe ekosistim hutan ini diwakili oleh Beberapa Taman Nasional, diantaranya: 1) Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan perwakilan ekosistim pegunungan dataran tinggi. TNKS berada pada 4 propinsi (Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan), merupakan salah satu Taman Nasional di pulau Sumatera yang cukup dikenal dengan keragaman hayatinya. 2) Taman Nasional Berbak (TNB), merupakan salah satu wilayah yang mewakili ekosistim dataran rendah berawa. 3) Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT), merupakan perwakilan hutan dataran rendah yang berbatasan dengan propinsi Riau. 4) Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), berdasarkan fungsinya merupakan habitat perlindungan bagi Orang Rimba (Suku Anak Dalam).

Keempat Taman Nasional yang merupakan perwakilan lengkap ekosistim tersebut masih menyimpan keragaman hayati yang cukup besar. Hal ini berpotensi sebagai salah satu indicator keberadaan ekosistim yang utama. Salah satu spesies kunci yang masih eksis di TNKS adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis). Keberadaannya menjadi salah satu indicator terjaganya ekosistim. Primata besar ini merupakan penetu dalam jejaring makanan (rantai makanan) dalam habitatnya. Dewasa ini, keberadaannya terancaman karena maraknya perdagangan bagian tubuhnya. Disamping itu, gajah (Elephan maximus) juga menjadi sangat penting keberadaannya di TNKS dan TNBT.

Akan tetapi beberapa publikasi pernah mengungkapkan bahwa laju kerusakan dan kepunahan sumberdaya hutan Indonesia juga sangat tinggi pada beberapa tahun terakhir. Jika seratus tahun yang lalu Indonesia masih memiliki hutan yang melimpah, tutupan hutan total pada waktu itu diperkirakan sekitar 170 juta ha, sebuah angka yang fantastis jika dibandingkan dengan kondisi hari ini. Saat ini, tutupan hutan sekitar 98 juta hektar, tutupan hutan ini tersebar mulai dari daratan sumatera hingga daratan eksotik di papua. Banyak pihak meyakini bahwa sebagian dari tutupan hutan Indonesia hari ini telah mengalami degradasi yang cukup parah. Di sumatera, sedikitnya penyusutan tutupan hutan telah terjadi antara tahun 1985 sampai 1997 seluas 67.000 km2. Degradasi tutupan hutan ini secara umum berlaku di Indonesia; pembalakan haram skala besar untuk pasokan industri perkayuan, perluasan areal pertanian, land clearing bagi perkebunan besar swasta, hingga yang disebabkan oleh bencana kebakaran hutan.

Menurut Departemen Kehutanan (1997), Propinsi Jambi hanya menyisakan hutan seluas 1.603.079 Ha atau 42% dari tutupan hutannya. Penyusutan ini terjadi antara kurun 1985 – 1997. diakui bahwa penyebab utama dari penysutan ini merata di seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi secara pasti belum pernah ada publikasi, tampilan informasi dan data selama ini yang dipahami bersama mengenai kondisi hutan Jambi, paling tidak dalam rentang waktu tertentu. Berbagai sumber memunculkan data dan informasi versi mereka sendiri. Pada banyak kasus sebenarnya malah tidak ada data yang bisa ditampilkan. Kondisi ini memunculkan persoalan karena masing-masing sumber yang sama-sama resmi memunculkan data yang tidak sama. Hal ini tentunya memunculkan berbagai penterjemahan yang berbeda pula.

Mengingat sektor kehutanan merupakan sektor yang sangat strategis bagi daerah ini baik dari segi ekonomi, ekologi, sosial, dan budaya, maka penting kiranya untuk dapat menampilkan data-data tersebut kedalam sebuah dokumen yang dari awal penyusunannya dipahami secara bersama oleh berbagai pihak yang terkait.

Inisiatif yang Sedang Dilakukan
Sejak bulan Februari 2004, KKI WARSI bekerjasama dengan BirdLife Indoensia dan dengan dukungan berbagai pihak tengah berupaya menyusun sebuah dokumen yang informatif mengenai perubahan tutupan hutan Jambi pada kurun waktu 1990 – 2000. Dokumen ini ditujukan sebagai salah satu dokumen yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bersama antar para pihak. Seperti telah diuraikan tadi, bahwa pembelajaran bersama ini diharapkan menjadi salah satu langkah awal untuk memulai penyelamatan hutan-hutan yang tersisa tanpa harus mengurangi manfaatnya.

Secara ringkas, tujuan pembuatan buku Potret Hutan Jambi ini adalah:

1. Membangun dan mengembangkan sebuah data base yang berisi data dan informasi tentang kondisi hutan dan permasalahannya di Jambi.

2. Memberikan kepada pembaca gambaran manfaat hutan, baik kayu maupun non kayu.

3. Referensi/bahan acuan berbagai pihak dalam rangka pembangunan sektor kehutanan dan non-kehutanan yang akan datang.

4. Mendorong munculnya kesadaran publik dan politik hukum pemerintah daerah atas kondisi hutan yang tersisa dengan berbagai konsekwensi dampak yang ada, serta upaya penyelamatan yang perlu segera dilakukan.

5. Mendorong pengambil kebijakan untuk secara bersama memahami dan bertindak untuk menjaga hutan yang tersisa, yang tercermin dalam kebijakan dan pelaksanaan pembangunan.

6. Membangun dukungan masyarakat global dalam upaya penyelamatan hutan Jambi

7. Membangun dan mengembangkan sistem monitoring dan analisis kondisi hutan di Jambi.

Kumpulan data dan informasi tersebut disusun berdasarkan data-data yang didapatkan dari sumber-sumber resmi pemerintah, penafsiran peta citra landsat dengan analisa Geogrphic Information System (GIS) dan seri diskusi serta sumber-sumber lain. Tahapan kegiatan dilaksanakan dengan:

1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang bersumber dari: media massa, laporan penelitian, investigasi, peta dasar (rupa bumi), peta tematik (HPH, HTI dan Perkebunan) serta sumber-sumber lain. Sementara itu, data primer dikumpulkan dari data dari Penginderaan Jauh yang berupa citra Landsat & Etm + multi temporal.

2. Pengolahan dan analisa data

Data yang telah dikumpulkan akan melalui proses peng-entry-an, pengolahan, analisis data dan pemetaan. Hasil dari tahapan ini adalah kondisi hutan dan database dalam bentuk non spasial maupun spasial.

3. Seri diskusi

Seri diskusi, baik formal maupun informal dilakukan sebelum dan sesudah kegitan, bertujuan untuk mensosialisasikan rencana kegiatan dan pengumpulan data-data pendukung yang dimiliki instansi terkait. Sementara workshop sesudah dilakukan setelah kajian selesai,sehingga beberapa rekomendasi dan tindak lanjut bisa disepakati dan dilaksanakan bersama para pihak terkait.

4. Penyebarluasan informasi

Tujuan dari kegiatan ini menginformasikan kondisi hutan di Jambi dan menghimbau masyarakat untuk berperan serta dalam upaya pelestarian hutan yang masih tersisa. Untuk mengetahui bentuk dan jenis informasi yang dapat diterima masyarakat, dilakukan “Assessment” terlebih dahulu.Sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dan mencapai semua lapisan masyarakat.

POTRET HUTAN JAMBI

POTRET HUTAN JAMBI (February 2004 - Desember 2004)
Banyak pihak mensinyalir bahwa Propinsi Jambi memiliki keragaman ekosistim terlengkap. Provinsi isi memiliki hutan pegunungan dataran tinggi (Tipe hutan Sub Alpin) pada daerah-daerah yang membentang sepanjang Bukit Barisan. Disamping itu, provinsi Jambi juga memiliki hutan dataran rendah pada wilayah-wilayah menuju pantai timur yang landai serta hutan rawa. Kelengkapan tipe ekosistim hutan ini diwakili oleh Beberapa Taman Nasional, diantaranya: 1) Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan perwakilan ekosistim pegunungan dataran tinggi. TNKS berada pada 4 propinsi (Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan), merupakan salah satu Taman Nasional di pulau Sumatera yang cukup dikenal dengan keragaman hayatinya. 2) Taman Nasional Berbak (TNB), merupakan salah satu wilayah yang mewakili ekosistim dataran rendah berawa. 3) Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT), merupakan perwakilan hutan dataran rendah yang berbatasan dengan propinsi Riau. 4) Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), berdasarkan fungsinya merupakan habitat perlindungan bagi Orang Rimba (Suku Anak Dalam).

Keempat Taman Nasional yang merupakan perwakilan lengkap ekosistim tersebut masih menyimpan keragaman hayati yang cukup besar. Hal ini berpotensi sebagai salah satu indicator keberadaan ekosistim yang utama. Salah satu spesies kunci yang masih eksis di TNKS adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis). Keberadaannya menjadi salah satu indicator terjaganya ekosistim. Primata besar ini merupakan penetu dalam jejaring makanan (rantai makanan) dalam habitatnya. Dewasa ini, keberadaannya terancaman karena maraknya perdagangan bagian tubuhnya. Disamping itu, gajah (Elephan maximus) juga menjadi sangat penting keberadaannya di TNKS dan TNBT.

Akan tetapi beberapa publikasi pernah mengungkapkan bahwa laju kerusakan dan kepunahan sumberdaya hutan Indonesia juga sangat tinggi pada beberapa tahun terakhir. Jika seratus tahun yang lalu Indonesia masih memiliki hutan yang melimpah, tutupan hutan total pada waktu itu diperkirakan sekitar 170 juta ha, sebuah angka yang fantastis jika dibandingkan dengan kondisi hari ini. Saat ini, tutupan hutan sekitar 98 juta hektar, tutupan hutan ini tersebar mulai dari daratan sumatera hingga daratan eksotik di papua. Banyak pihak meyakini bahwa sebagian dari tutupan hutan Indonesia hari ini telah mengalami degradasi yang cukup parah. Di sumatera, sedikitnya penyusutan tutupan hutan telah terjadi antara tahun 1985 sampai 1997 seluas 67.000 km2. Degradasi tutupan hutan ini secara umum berlaku di Indonesia; pembalakan haram skala besar untuk pasokan industri perkayuan, perluasan areal pertanian, land clearing bagi perkebunan besar swasta, hingga yang disebabkan oleh bencana kebakaran hutan.

Menurut Departemen Kehutanan (1997), Propinsi Jambi hanya menyisakan hutan seluas 1.603.079 Ha atau 42% dari tutupan hutannya. Penyusutan ini terjadi antara kurun 1985 – 1997. diakui bahwa penyebab utama dari penysutan ini merata di seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi secara pasti belum pernah ada publikasi, tampilan informasi dan data selama ini yang dipahami bersama mengenai kondisi hutan Jambi, paling tidak dalam rentang waktu tertentu. Berbagai sumber memunculkan data dan informasi versi mereka sendiri. Pada banyak kasus sebenarnya malah tidak ada data yang bisa ditampilkan. Kondisi ini memunculkan persoalan karena masing-masing sumber yang sama-sama resmi memunculkan data yang tidak sama. Hal ini tentunya memunculkan berbagai penterjemahan yang berbeda pula.

Mengingat sektor kehutanan merupakan sektor yang sangat strategis bagi daerah ini baik dari segi ekonomi, ekologi, sosial, dan budaya, maka penting kiranya untuk dapat menampilkan data-data tersebut kedalam sebuah dokumen yang dari awal penyusunannya dipahami secara bersama oleh berbagai pihak yang terkait.

Inisiatif yang Sedang Dilakukan
Sejak bulan Februari 2004, KKI WARSI bekerjasama dengan BirdLife Indoensia dan dengan dukungan berbagai pihak tengah berupaya menyusun sebuah dokumen yang informatif mengenai perubahan tutupan hutan Jambi pada kurun waktu 1990 – 2000. Dokumen ini ditujukan sebagai salah satu dokumen yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bersama antar para pihak. Seperti telah diuraikan tadi, bahwa pembelajaran bersama ini diharapkan menjadi salah satu langkah awal untuk memulai penyelamatan hutan-hutan yang tersisa tanpa harus mengurangi manfaatnya.

Secara ringkas, tujuan pembuatan buku Potret Hutan Jambi ini adalah:

1. Membangun dan mengembangkan sebuah data base yang berisi data dan informasi tentang kondisi hutan dan permasalahannya di Jambi.

2. Memberikan kepada pembaca gambaran manfaat hutan, baik kayu maupun non kayu.

3. Referensi/bahan acuan berbagai pihak dalam rangka pembangunan sektor kehutanan dan non-kehutanan yang akan datang.

4. Mendorong munculnya kesadaran publik dan politik hukum pemerintah daerah atas kondisi hutan yang tersisa dengan berbagai konsekwensi dampak yang ada, serta upaya penyelamatan yang perlu segera dilakukan.

5. Mendorong pengambil kebijakan untuk secara bersama memahami dan bertindak untuk menjaga hutan yang tersisa, yang tercermin dalam kebijakan dan pelaksanaan pembangunan.

6. Membangun dukungan masyarakat global dalam upaya penyelamatan hutan Jambi

7. Membangun dan mengembangkan sistem monitoring dan analisis kondisi hutan di Jambi.

Kumpulan data dan informasi tersebut disusun berdasarkan data-data yang didapatkan dari sumber-sumber resmi pemerintah, penafsiran peta citra landsat dengan analisa Geogrphic Information System (GIS) dan seri diskusi serta sumber-sumber lain. Tahapan kegiatan dilaksanakan dengan:

1. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang bersumber dari: media massa, laporan penelitian, investigasi, peta dasar (rupa bumi), peta tematik (HPH, HTI dan Perkebunan) serta sumber-sumber lain. Sementara itu, data primer dikumpulkan dari data dari Penginderaan Jauh yang berupa citra Landsat & Etm + multi temporal.

2. Pengolahan dan analisa data

Data yang telah dikumpulkan akan melalui proses peng-entry-an, pengolahan, analisis data dan pemetaan. Hasil dari tahapan ini adalah kondisi hutan dan database dalam bentuk non spasial maupun spasial.

3. Seri diskusi

Seri diskusi, baik formal maupun informal dilakukan sebelum dan sesudah kegitan, bertujuan untuk mensosialisasikan rencana kegiatan dan pengumpulan data-data pendukung yang dimiliki instansi terkait. Sementara workshop sesudah dilakukan setelah kajian selesai,sehingga beberapa rekomendasi dan tindak lanjut bisa disepakati dan dilaksanakan bersama para pihak terkait.

4. Penyebarluasan informasi

Tujuan dari kegiatan ini menginformasikan kondisi hutan di Jambi dan menghimbau masyarakat untuk berperan serta dalam upaya pelestarian hutan yang masih tersisa. Untuk mengetahui bentuk dan jenis informasi yang dapat diterima masyarakat, dilakukan “Assessment” terlebih dahulu.Sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dan mencapai semua lapisan masyarakat.

BUDIDAYA AYAM BROILER

1. SEJARAH SINGKAT

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.



2. SENTRA PETERNAKAN

Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi



3. J E N I S

Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab
semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama.
Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.



4. MANFAAT

Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:

1) penyediaan kebutuhan protein hewani

2) pengisi waktu luang dimasa pensiun

3) pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja

4) tabungan di hari tua

5) mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)



5. PERSYARATAN LOKASI

1) Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.

2) Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.

3) Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.



6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1. Perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
2. Peralatan

a. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.

b. Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.

c. Tempat bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.

d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus

e. Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.

1.



6.2. Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
b) pertumbuhan dan perkembangannya normal
c) ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
d) tidak ada lekatan tinja di duburnya.

1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari:

a. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.

b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .

c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.

d. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.

e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.

f. Tidak ada letakan tinja diduburnya.

1.

3. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.



6.3. Pemeliharaan

1. Pemberian Pakan dan Minuman
Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).

a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:

- kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.

- kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.



b. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:

- kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.

- kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.



1. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:

a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah
sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.

b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

1.

4. Pemeliharaan Kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.



7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Penyakit

1. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.

2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.



7.2. Hama

1. Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.



8. P A N E N

8.1. Hasil Utama
Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam



8.2. Hasil Tambahan
Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.



9. PASCA PANEN

9.1. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)

9.2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.

9.3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 derajat C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.

9.4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.

9.5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.



10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya
Dasar perhitungan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dalam analisis ini, antara lain adalah:

a. jenis ayam yang dipelihara adalah jenis ayam ras pedaging (broiler) dari strain CP.707.

b. sistem pemeliharaan yang diterapkan dengan cara intensif pada kandang model postal

c. luas tanah yang digunakan yaitu 200 m2 dengan nilai harga sewa tanah dalam 1 ha/tahun adalah Rp 1.000.000,-.

d. kandang terbuat dari kerangka bambu, lantai tanah, dinding terbuat dari bilah-bilah bambu denga alas dinding setinggi 30 cm, terbuat dari batu bata yang plester dan atap menggunakan genting.

e. ukuran kandang, yaitu tinggi bagian tepinya 2,5 m, lebar kandang 5 m dan lebar bagian tepi kandang 1,5 m.

f. lokasi peternakan dekat dengan sumber air dan listrik.

g. menggunakan alat pemanas (brooder) gasolec dengan bahan bakar gas.

h. penerangan dengan lampu listrik.

i. umur ayam yaitu dimulai dari bibit yang berumur 1 hari

j. litter/alas kandang menggunakan sekam padi.

k. jenis pakan yang diberikan adalah BR-1 untuk anak ayam umur 0-4 minggu dan BR-2 untuk umur 4-6 minggu.

l. tingkat kematian ayam diasumsikan 6%.

m. lama masa pemeliharaan yaitu 6 minggu (42 hari).

n. berat rata-rata per ekor ayam diasumsikan 1,75 kg berat hidup pada saat panen.

o. harga ayam per kg berat hidup, yaitu diasumsikan Rp 2500,-, walau kisaran harga sampai mencapai Rp 3000,- ditingkat peternak/petani.

p. ayam dijual pada umur 6 mingu atau 42 hari.

q. nilai pupuk kandang yaitu Rp 60.000,-.

r. bunga Bank yaitu 1,5%/bulan

s. nilai penyusutan kandang diperhitungkan dengan kekuatan masa pakai 6 tahun dan nilai penyusutan peralatan diperhitungkan dengan masa pakai 5 tahun.

t. perhitungan analisis biaya ini hanya diperhitungkan sebagai Pedoman dasar, karena nilai/harga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.

Adapun rincian biaya produksi dan modal usaha tani adalah sebagai berikut :
1) Biaya prasarana produksi

a. Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan Rp. 20.000,-

b. Kandang ukuran 20 x 5 m
- Bambu 180 batang @ Rp 1250,
- Semen 4 zak @ Rp 7000,
- Kapur 30 zak @ Rp 6000,
- Genting 2600 bh @ Rp 90,
- Paku reng 5 kg @ Rp 2000,
- Paku usuk 7000 kg @ Rp 1800,
- Batu bata 1000 buah @ Rp 55,
- Pasir 1 truk
- Tali 28 meter @ Rp 5000,
- Tenaga kerja
Rp. 225.000,-
Rp. 28.000,-
Rp. 18.000,-
Rp. 234.000,-
Rp. 10.000,-
Rp. 12.600,-
Rp. 55.000,-
Rp. 230.000,-
Rp. 14.000,-
Rp. 400.000,-

c. Peralatan
- Tempat pakan 28 bh @ Rp 5000,
- Tempat minum 32 bh @ Rp 3880,
- Sekop 1 bh
- Ember 2 bh @ Rp 2000,
- Tong bak air 1 bh
- Ciduk 2 bh @ Rp 500,
- Tabung gas besar 1 bh
- Thermometer 1 bh
- Regulator 1 bh
- Brooder (gasolec) 1 bh
- Tali gantung tmp pakan 120 m @Rp 500,-
Rp. 140.000,-
Rp. 124.000,-
Rp. 7.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 15.000,-
Rp. 1.000,-
Rp. 250.000,-
Rp. 2.000,-
Rp. 52.500,-
Rp. 15.000,-
Rp. 60.000,-

Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 2.052.000,-

2) Biaya sarana produksi

a. Bibit DOC 1000 bh @ Rp 900,- Rp. 900.000,-

b. Pakan dan obat-obatan
- BR-1 31 zak (0-4 minggu) @Rp 36.000,
- BR-2 34 zak (4-6 mingu) @ Rp 34.000,
- obat-obatan @ Rp 150,-/ekor
Rp. 1.116.000,-
Rp. 1.156.000,-
Rp. 150.000,-

c. tenaga kerja pelihara 1,5 bln @ Rp 105.000,- Rp. 157.500,-

d. Lain-lain
- sekam padi alas kandang 1 truk @Rp 60.000,-
- karung goni bekas 32 kantong @ Rp 300,-
- pemakaian listrik selama 0-6 minggu
- pemakaian gas Rp. 10.000,-
Rp. 60.000,-
Rp. 2.400,-
Rp. 7.000,-
Rp. 35.000,-

Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 3.583.900,-

3) Biaya produksi

a. Sewa tanah 200 m2 selama 2 bulan Rp. 20.000,-

b. Nilai susut prasarana produksi/2 bln
- kandang
- Peralatan Rp 805.660,- : 30
Rp. 51.109,-
Rp. 26.856,-

c. Bibit DOC 1000 ekor Rp. 900.000,-

d. Pakan dan obat-obatan Rp. 2.422.000,-

e. Tenaga kerja Rp. 157.500,-

f. lain-lain Rp. 104.400,-

g. Bunga modal 1,5% per bulan Rp. 84.543,-

h. Bulan modal 1,5 bulan Rp. 126.815,-

Jumlah biaya prasarana produksi Rp. 3.808.680,-

4) Pendapatan

a. Total produksi 1000X94%X1,75 kg X Rp 2500,- Rp. 4.112.500,-

b. Nilai Pupuk kandang Rp. 60.000,-

c. Jumlah pendapatan Rp. 4.172.500,-

d. Keuntungan Rp. 363.820,-

5) Parameter kelayakan usaha

a. BEP Volume Produksi = 870 ekor

b. BEP Harga Produksi Rp. 3.316.000,-

c. B/C Ratio = 1,09

d. ROI = 6,45 %

e. Rasio keuntungan terhadap pendapatan = 8,71 %

f. Tingkat pengembalian modal = 2,6 th.

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek agribisnis peternakan untuk ternak ayam broiler cukup baik dimana permintaan pasar selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hewani. Produksi ternak ayam broiler saat ini berkembang dengan pesat dan peluang pasar yang bisa dihandalkan

LINDUNGI SATWA INDONESIA

Obama Pangkas Ratusan Program untuk Atasi Defisit

Obama Pangkas Ratusan Program untuk Atasi Defisit

Senin, 01 Februari 2010
Administrasi Pemerintahan

WASHINGTON – Presiden AS Barack Obama akan mengusulkan penghapusan 12o program pemerintah untuk menekan defisit anggaran yang besar. Penghapusan program tersebut diyakini tidak mengganggu proses pemulihan ekonomi maupun penciptaan lapangan kerja.


Pemangkasan tidak akan dilakukan untuk pos pertahanan dan keamanan serta jaminan sosial seperti social security, medicare, dan program medicaid. Pemangkasan ratusan program tersebut akan menghemat anggaran 20 miliar dollar AS pada tahun fiskal 2001 atau 250 miliar dollar AS hingga 2020.
Senin (1/2), Presiden Obama akan memperkenalkan rencana anggaran pengeluaran baru untuk tahun fiskal 2011 yang dimulai 1 Oktober. Rencana pengeluaran multitriliunan dollar AS diluncurkan di tengah tekanan intens untuk menurunkan rekor defisit pengeluaran.

Panitia Anggaran Kongres AS memperkirakan defisit pada 2010 akan mencapai 1,35 triliun dollar AS atau 9,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu akan mengganggu perekonomian AS. Pada sisi lain, dalam jangka panjang, pembengkakan defisit anggaran akan menyulitkan pemerintah dalam menurunkan rasio utang.

Angka itu lebih rendah dari defisit pada 2009 yang mencapai 414 triliun rupiah atau 9,9 persen dari PDB. Untuk membantu mengendalikan defisit, kata para pejabat, Gedung Putih terpaksa melakukan penghematan besar-besaran.

Para pejabat Gedung Putih menegaskan pembekuan beberapa program kerja kabinet tidak akan mengganggu upaya mendorong kebangkitan ekonomi atau melemahkan pengurangan angka pengangguran 10 persen.

Presiden Obama telah berjanji untuk mengurangi defisit pada paro akhir masa jabatannya 2013, yang dipandang sebagai tujuan yang sangat ambisius mengingat pengaruh krisis ekonomi yang masih terjadi.

”Presiden percaya bahwa kita harus bersikap jujur tentang apa yang sedang dikerjakan dan apa yang tidak. Membuat pilihan yang sulit tentang program mana yang mendapatkan pendanaan dan mana yang dikurangi atau dihentikan merupakan bagian dalam menjalankan pemerintahan,” tutur Direktur Komunikasi Gedung Putih Dan Pfeiffer dalam pernyataannya akhir pekan lalu.

Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan jika pemerintah tidak bisa mengurangi pengeluaran yang telah ditentukan, akan menyulitkan pemerintah untuk mengusulkan penghematan anggaran pada masa yang akan datang.

Tahun lalu, Presiden Obama mengusulkan perampingan atau penghentian 121 program untuk menghemat belanja sekitar 17 miliar dollar AS selama setahun. Namun, Kongres hanya menyetujui beberapa usulan.

Pengekangan fiskal diduga akan menghambat kinerja anggota kabinet. Hal itu juga akan berdampak pada Obama sendiri karena dia harus mengaji ulang atau menetapkan target baru atas agenda reformasinya yang ambisius pada awal masa kepresidenannya. Program penghematan itu juga memaksa Partai Republik untuk menekan rencana stimulus ekonomi sebesar 787 miliar dollar AS.

(lha/Rtr/AFP/E-3)